Aturan Kode Disiplin PSSI: PSM Makassar dan Sanksi Pengurangan Poin
GUYONAN BOLA – Pada tanggal 31 Desember 2024, PSM Makassar mengalami sanksi berat dari PSSI berupa pengurangan poin dan denda akibat pelanggaran dalam pertandingan. Insiden ini terjadi ketika PSM memainkan 12 pemain di lapangan, yang jelas melanggar aturan yang ditetapkan dalam Kode Disiplin PSSI. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai aturan yang dilanggar, sanksi yang dijatuhkan, dan implikasi dari keputusan tersebut.
Latar Belakang Kasus
Kasus pelanggaran yang dilakukan oleh PSM bermula dalam pertandingan melawan Barito Putera, di mana tim Juku Eja ini mengakui kesalahan serius dengan memainkan lebih dari jumlah pemain yang diizinkan. Hal ini termasuk dalam kategori pemain tidak sah, yang diatur dalam Pasal 56 Kode Disiplin PSSI edisi 2023. Dalam pasal tersebut, terdapat delapan kategori pemain yang dinyatakan tidak sah, dan kasus PSM masuk dalam kategori yang menyatakan bahwa “pemain yang dimainkan kembali oleh suatu tim yang sebelumnya telah diganti dalam pertandingan yang sama.”
Aturan yang Dilanggar
Pasal 56 Kode Disiplin PSSI jelas mencantumkan bahwa jika seorang pemain yang sudah diganti kembali dimainkan, maka tim tersebut akan dikenakan sanksi. Dalam ayat kedua pasal ini, dijelaskan bahwa jika seorang pemain yang tidak sah bermain dalam pertandingan resmi, maka timnya akan dinyatakan kalah dengan pemotongan poin. Sanksi ini dapat berupa denda dan pengurangan poin.
Sanksi yang Dikenakan
Berdasarkan penerapan Pasal 56 dan Pasal 28 Kode Disiplin PSSI, PSM Makassar dijatuhi sanksi berupa:
- Dinyatakan kalah 0-3 dalam pertandingan melawan Barito Putera.
- Denda sebesar Rp 90.000.000 (sembilan puluh juta rupiah).
- Pengurangan 3 poin dari total poin yang diperoleh di kompetisi.
Awalnya, PSM terancam pengurangan enam poin, namun setelah protes dari manajemen tim, jumlah pengurangan poin direvisi menjadi tiga. Manajer PSM, Nur Fajrin, menjelaskan bahwa PT Liga Indonesia Baru (LIB) menyalahartikan aturan dalam penerapan sanksi ini.
Proses Banding
Setelah pengumuman sanksi, PSM mengajukan banding terhadap keputusan tersebut. Manajemen PSM mengklaim bahwa tidak ada ketentuan dalam Kode Disiplin yang menyatakan bahwa tim dapat dijatuhi minus tiga poin tambahan di luar kekalahan WO. Pihak LIB akhirnya mengakui kesalahan mereka dan memperbaiki pengurangan poin yang seharusnya hanya tiga, bukan enam.
Dampak Terhadap PSM Makassar
Sanksi yang dijatuhkan terhadap PSM tentu berdampak signifikan bagi klub, baik dari segi poin kompetisi maupun reputasi. Dengan pengurangan tiga poin, PSM yang sebelumnya memiliki 24 poin kini hanya memiliki 21 poin. Ini memengaruhi posisi mereka di klasemen Liga 1 dan juga bisa berdampak pada peluang mereka untuk bersaing di papan atas liga.
Reaksi Para Pemain dan Manajemen
Reaksi dari para pemain dan manajemen PSM setelah keputusan ini sangat beragam. Banyak pemain yang merasa frustrasi dengan situasi ini, karena mereka percaya telah berjuang keras dalam setiap pertandingan. Sementara itu, manajemen PSM bertekad untuk memperbaiki kesalahan dan memastikan bahwa kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Kode Disiplin PSSI: Pentingnya Kepatuhan
Kasus PSM Makassar ini mempertegas pentingnya kepatuhan terhadap aturan yang telah ditetapkan dalam Kode Disiplin PSSI. Setiap klub harus memahami dan mematuhi aturan yang ada agar tidak menghadapi konsekuensi yang merugikan. Kode Disiplin PSSI dirancang untuk menjaga integritas kompetisi dan memastikan bahwa semua tim berkompetisi dalam kondisi yang adil.
Kesimpulan
Insiden pengurangan poin yang dialami PSM Makassar merupakan pelajaran berharga bagi seluruh klub di Indonesia. Pelanggaran terhadap aturan, sekecil apa pun, dapat berujung pada sanksi serius yang memengaruhi posisi tim di liga. Oleh karena itu, penting bagi setiap klub dan pemain untuk selalu mematuhi ketentuan yang berlaku dan menjaga disiplin di lapangan. Dengan demikian, kualitas kompetisi sepak bola di Indonesia dapat terus meningkat dan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi para penggemar.
Dengan berakhirnya tahun 2024, diharapkan PSSI dapat terus menegakkan aturan dan memastikan bahwa setiap klub beroperasi dalam kerangka disiplin yang ketat, demi kemajuan sepak bola Indonesia ke depannya.