Legenda Milan Ambrosini Sebut Modrić Lebih Mirip Maldini Ketimbang Pirlo

guyonanbola.com – Massimo Ambrosini membuka pernyataannya dengan tegas: ia merasakan getaran yang sama di lapangan antara Luka Modrić dan Paolo Maldini. Sementara banyak pengamat membandingkan Modrić dengan Andrea Pirlo dari sisi teknik, Ambrosini justru menolak membatasi sang maestro Kroasia hanya lewat sisi teknis. Selain itu, dia menekankan bahwa Modrić punya pengaruh dan kharisma seperti legenda pertahanan Milan itu.
Lebih lanjut, menurut Ambrosini, ketika Modrić memainkan bola, membawa tim, dan memotivasi rekan satu timnya — sikap itu mengingatkannya pada cara Maldini memimpin dari belakang. Bahkan, ia menilai aura Modrić di lapangan memiliki kesamaan energi dengan Maldini. Ia berkata, “Dalam aura dan getaran saat Modrić berada di lapangan, aku bilang dia lebih mirip Paolo.” Pernyataan tersebut muncul dalam wawancara Ambrosini dengan media olahraga Italia baru-baru ini.
Di sisi lain, Ambrosini tetap menghargai keunikan Pirlo dari sisi teknis. Namun demikian, dia menegaskan bahwa Modrić memberi “perasaan” dan “kehadiran” ke tim seperti Maldini. Dengan kata lain, Ambrosini menilai Modrić tidak hanya mengandalkan kemampuan teknis, tetapi juga menghadirkan pengaruh emosional dan mental yang kuat di lapangan. Ia menambahkan, “Andrea unik dalam interpretasi teknisnya. Tapi cara Modrić memimpin secara nonverbal, itu mengingatkanku pada Paolo.”
Transfer Modrić ke Milan dan Rekam Jejaknya
Pada pertengahan Juli 2025, AC Milan mengontrak Modrić selama satu tahun dengan opsi perpanjangan hingga 2027. Setelah 13 musim penuh prestasi di Real Madrid, sang gelandang memutuskan untuk memulai petualangan baru. Tidak mengherankan, kedatangannya ke Milan memicu antusiasme besar dari para suporter karena namanya sudah sangat tersohor di kancah sepak bola Eropa.
Menariknya, Modrić justru membuktikan bahwa usianya bukan hambatan. Hanya dua bulan kemudian, tepatnya pada 14 September 2025, ia mencetak gol penting untuk Milan melawan Bologna — gol itu menjadikannya gelandang tertua yang mencetak gol di Serie A. Lebih dari sekadar angka di papan skor, torehan itu melambangkan semangat dan konsistensinya di level tertinggi.
Selain itu, Modrić mengenakan nomor punggung 14 di Milan sebagai bentuk penghormatan terhadap legenda Johan Cruyff. Tidak berhenti di situ, ia juga menunjukkan rasa hormat besar kepada Real Madrid, klub lamanya, dengan menyebutnya sebagai “rumah” meski kini ia tengah menatap babak baru dalam kariernya.
Karakter Kepemimpinan: Modrić vs Maldini
Sepanjang sejarah Milan, Paolo Maldini dikenal sebagai sosok kapten sejati yang memancarkan kepercayaan di lini belakang. Ia memimpin dengan sikap, disiplin, dan rasa hormat terhadap permainan. Sementara itu, Modrić, menurut Ambrosini, menunjukkan tipe kepemimpinan yang serupa dari lini tengah — bukan lewat teriakan keras, melainkan lewat contoh kerja keras, kontrol emosional, dan kematangan bermain.
Berikut beberapa karakter yang menonjol dari Modrić:
-
Pertama, kehadiran mental. Modrić mampu menyentuh atmosfer pertandingan, dan rekan setimnya merasa aman saat dia mengontrol tempo.
-
Kedua, ketahanan fisik dan konsistensi. Pada usia hampir 40 tahun, ia tetap tampil rutin dan kuat menghadapi pertarungan fisik. Golnya menjadi bukti nyata bahwa kualitasnya belum luntur.
-
Ketiga, keheningan tapi efektif. Ia tidak perlu banyak gestur megah; cukup satu umpan atau satu gerakan, ritme permainan langsung berubah.
-
Terakhir, inspirasi tanpa paksaan. Pemain muda menjadikannya panutan karena ia menunjukkan bahwa disiplin, kebijaksanaan, dan rasa hormat mampu memberi dampak besar.
Dengan demikian, kombinasi gaya seperti itu, menurut Ambrosini, jauh lebih mendekati esensi kepemimpinan Maldini daripada sosok teknisi murni seperti Pirlo.
Implikasi Bagi Milan Hari Ini
Dalam pandangan Ambrosini, Milan memiliki potensi besar untuk bersaing memperebutkan gelar musim ini. Ia menyebut bahwa jika Massimiliano Allegri bisa memaksimalkan rotasi antara Leão dan Pulisic, serta menjaga pola 3-5-2 yang fleksibel, maka Milan akan menjadi ancaman serius bagi tim pesaing.
Selain itu, kehadiran Modrić di ruang ganti dan lapangan menghadirkan keseimbangan yang sangat penting. Ia membawa pengalaman tak tergantikan bagi gelandang muda Milan dan menularkan etos kerja profesional yang tinggi.
Lebih jauh lagi, Modrić kini tidak hanya berstatus sebagai pemain bintang. Ia menjadi jembatan antara tradisi lama dan ambisi baru klub. Ia mampu menularkan gaya bermain yang matang, visi yang jernih, dan ketenangan dalam situasi krusial. Jika Milan mampu menjaga daya saing dan konsistensi skuad inti, Modrić bisa menjelma menjadi faktor pembeda dalam perburuan gelar Serie A musim ini.