Tanggung Jawab Utama di Balik Gagalnya Timnas dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026

guyonanbola.com – Timnas Indonesia dipastikan gagal lolos ke Piala Dunia 2026 setelah kalah 0–1 dari Irak. Kekalahan itu mengubur harapan Garuda melangkah dalam Kualifikasi Putaran Keempat Zona Asia.
Fakta ini memunculkan pertanyaan besar: Siapa yang paling bertanggung jawab? Karena kegagalan itu tidak muncul tiba-tiba. Ada serangkaian keputusan dan kebijakan yang gagal menyokong performa tim. Berikut analisis siapa yang harus menanggung beban terbesar.
Ketum & Manajemen PSSI: Penentu Kebijakan dan Arah Strategis
PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) berada di posisi paling atas dalam struktur pengambilan keputusan. Organisasi ini menyusun kebijakan umum, memilih pelatih, menentukan orientasi jangka panjang, dan mengelola sumber daya.
Ketua umum PSSI saat ini, yang juga menjadi simbol “pertanggungjawaban” publik, tak bisa lepas dari sorotan. Publik ramai meneriakkan tagar “Erick Out” usai kegagalan ini.
PSSI harus menanggung kritikan karena:
-
Memilih pelatih dengan latar yang belum membuktikan konsistensi di level tinggi dalam kondisi tanggung jawab besar.
-
Mengabaikan faktor pembinaan jangka panjang, sehingga tim inti belum cukup matang.
-
Kegagalan merumuskan rencana teknis terukur dan evaluasi berkala.
Oleh karena itu, manajemen PSSI memegang tanggung jawab paling besar dalam kegagalan kali ini.
Pemain: Eksekutor Langkah di Lapangan
Meskipun kesalahan terbesar berada di pucuk pimpinan dan pelatih, pemain tidak lepas dari tanggung jawab. Mereka adalah eksekutor akhir.
Kegagalan pada:
-
Minimnya disiplin permainan.
-
Banyak peluang yang terbuang sia-sia.
-
Kurang komunikasi dan koordinasi di lini pertahanan dan tengah.
-
Lemahnya eksekusi saat tekanan tinggi.
Saat kesempatan muncul, pemain tidak bisa menyelesaikannya secara matang. Karena itu, mereka juga memikul bagian beban kegagalan.
Faktor Pendukung: Infrastruktur, Pembinaan, & Ekosistem Sepak Bola
Penanggung tanggung tidak hanya mereka yang tampak di permukaan. Kegagalan ini muncul dari benih yang tumbuh jauh sebelumnya:
-
Pembinaan usia muda: Klub dan akademi gagal mencetak pemain yang siap berlaga kelas Asia.
-
Pendanaan dan fasilitas: Banyak klub dan tim junior kekurangan fasilitas modern dan dana operasional.
-
Manajemen daerah & kompetisi domestik: Liga domestik banyak kacau dan tidak berpihak dalam mencetak pemain berkualitas.
-
Dukungan psikologis & mental: Sering pemain muda kalah karena mental belum teruji dalam pertandingan besar.
Semua elemen pendukung itu ikut membentuk kerangka kegagalan saat tahap final muncul.
Siapa Paling Bertanggung Jawab?
Kalau kita harus memilih satu pihak paling bertanggung jawab, maka PSSI sebagai penguasa kebijakan utama pantas jadi sorotan utama. Tanpa arah jelas, seleksi pelatih asal bagus sekalipun bisa keliru. Namun pelatih dan pemain tetap harus menanggung bagian besar dari kerugian hasil di lapangan.
Singkatnya:
-
PSSI: bertanggung jawab atas visi, strategi, dan kebijakan.
-
Pelatih: bertanggung jawab atas taktik dan pelaksanaan di lapangan.
-
Pemain: bertanggung jawab atas konsistensi dan eksekusi.
-
Ekosistem sepak bola nasional: menyediakan fondasi jangka panjang agar tim tak rapuh.
Langkah Perbaikan Ke Depan
Kegagalan ini bisa menjadi momentum perbaikan:
-
Audit menyeluruh PSSI
PSSI harus membuka audit teknis internal agar tahu titik kelemahan utama — apakah di manajemen, pelatih, atau ekosistem. -
Rotasi atau evaluasi pelatih
Jika pelatih tidak mampu menyesuaikan diri, manajemen harus bertindak tegas. Evaluasi target jangka pendek dan panjang. -
Peningkatan pembinaan usia muda
Perkuat akademi, tarik pelatih berkualitas, beri fasilitas modern, dan lakukan program pembinaan nasional berkesinambungan. -
Optimalkan kejuaraan domestik
Kompetisi seperti Liga 1 / 2 harus lebih kompetitif, transparan, dan mendukung pemain muda. -
Intervensi psikologis & mental
Sertakan pelatih mental, tim psikolog di timnas. Latih pemain menghadapi tekanan tinggi. -
Transparansi dan akuntabilitas publik
PSSI harus terbuka soal keputusan dan evaluasi. Masyarakat dan suporter berhak tahu apa yang gagal dan apa yang jadi rencana perbaikan.
Penutup
Kegagalan lolosnya timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026 tidak bisa dibebankan hanya ke satu pihak. Namun PSSI sebagai otoritas tertinggi memiliki tanggung jawab terbesar untuk menentukan arah dan kebijakan sepak bola nasional. Pelatih, pemain, dan ekosistem pendukung juga ikut memikul bagian kesalahan. Kini saatnya semua pihak introspeksi dan mengambil langkah nyata — bukan sekadar menyalahkan.