Sumardji Ungkap Momen Emosional Erick Thohir Menyapa Pemain Timnas Usai Kekalahan

guyonanbola.com – Kekalahan selalu menyisakan luka. Namun dalam suasana kelam itu, muncul sebuah momen hangat antara pengurus federasi dengan para pemain. Sumardji tampil sebagai saksi utama ketika Erick Thohir mendekati skuad tim nasional sesaat usai kekalahan. Dia membagikan kisah tersebut secara gamblang, mengungkap bagaimana Sang Ketua Umum PSSI turun langsung menemui pemain.
Latar Belakang Kekalahan
Timnas Indonesia baru saja menelan kekalahan dalam laga penting. Hasil demikian memicu sorotan, pertanyaan, dan kekecewaan publik. Atmosfer di ruang ganti menjadi tegang dan emosional. Semua pihak merasa beban berat. Di situ, Sumardji mengambil posisi sebagai penghubung antara manajemen dan pemain.
Sumardji Menjadi Jembatan
Sumardji menyebut bahwa usai pertandingan, para pemain sempat berkumpul di lorong stadion. Mereka berbicara satu sama lain, saling menenangkan, dan mencoba menerima kenyataan pahit. Saat itu, Erick Thohir tiba di lokasi dengan langkah cepat dan tegas.
Menurut Sumardji, Erick menunduk, menyapa pemain satu per satu, dan menyampaikan pesan langsung. Dia tidak menunggu laporan formal atau protokol. Erick memilih cara sederhana: tatap muka dan dialog. Ia menanyakan kondisi mental masing-masing pemain. Dia juga memastikan bahwa semua mendapat ruang untuk meluapkan perasaan.
Sumardji berkata: “Beliau datang ke lorong, menyapa dan berbicara langsung kepada semua pemain. Dia minta maaf atas beban yang mereka bawa. Namun ia juga bilang, ‘Kita bangkit bersama.’” Momen itu memicu tangis di beberapa wajah pemain. Suasana berubah dari hampa menjadi penuh haru.
Kata-kata Erick yang Menyentuh
Erick bertanya kepada pemain: “Apa yang paling kalian rasakan saat ini? Apa yang saya bisa bantu?” Dia mendengarkan satu per satu. Ia juga mencium kepala beberapa pemain yang tampak menahan tangis. Ia memeluk dan memberi tepukan lembut di punggung mereka. Ia menekankan bahwa seluruh manajemen berada di belakang mereka.
Sumardji menambahkan bahwa pada momen itu tidak ada jarak antara pimpinan dan pemain. Semua terasa manusiawi. Dia melihat kepala pemain menunduk, tapi perlahan banyak yang mengangkat pandangan saat Erick berbicara. Energi mereka sedikit bergeser dari putus asa menjadi harapan.
Dampak Psikologis ke Para Pemain
Pertemuan itu membawa efek positif secara emosional. Pemain merasa bahwa pimpinan tidak hanya hadir saat sukses, tetapi juga saat duka. Mereka merasa dihargai, didengar, dan tidak sendirian. Dalam hitungan menit, suasana berubah: dari beban besar menjadi rasa solidaritas. Rasa kecewa tetap ada, tetapi kini muncul tekad untuk bangkit.
Beberapa pemain sempat berbicara dengan Sumardji usai momen tersebut. Mereka bilang bahwa energi baru muncul; mereka percaya diri untuk terus berjuang. Beberapa menyebut bahwa tatapan Erick memancarkan keyakinan bahwa PSSI tidak akan meninggalkan mereka.
Sumardji sendiri merasa bahwa pertemuan itu menyatukan hati manajemen dan pemain. Ia berpendapat bahwa komunikasi langsung lebih ampuh ketimbang instruksi lewat pesan tertulis atau siaran pers. Ia bilang bahwa Erick memilih turun tangan, hadir di tengah luka tim, dan bersama mereka memikul tanggung jawab.
Pesan Kepada Publik dan PSSI
Kisah ini menyampaikan pesan penting: kepemimpinan lahir dalam kehadiran. Tidak cukup hanya menyusun strategi di atas meja. Di saat krisis, pimpinan harus hadir. Ia harus menunjukkan empati dan keberanian untuk menemui langsung mereka yang bekerja di lapangan. Erick mempraktekkan hal itu.
Sumardji berharap publik memahami bahwa kekalahan bukan kegagalan total bila ada pembelajaran. Ia berharap bahwa kisah ini membangun kepercayaan pada manajemen PSSI. Bahwa mereka tidak sekadar label, tetapi manusia yang peduli.
Dia juga mendesak agar media dan publik berhenti menyalahkan hanya pemain. Semua sisi harus introspeksi—manajemen, pelatih, federasi. Ia yakin bahwa melalui kerja sama dan komunikasi terbuka seperti momen itu, Timnas Indonesia akan bangkit.