5 Momen Kelam Ruben Amorim di Manchester United

GuyonanBola.com – Sejak awal, manajemen berharap Amorim membawa energi baru. Namun kenyataan berbicara lain. Tim gagal menjaga performa, pemain kehilangan motivasi, dan publik kehilangan kepercayaan. Setiap hasil buruk membuat suasana ruang ganti semakin panas.
Amorim sendiri tidak pernah berhenti mencoba. Ia bereksperimen dengan taktik baru, mengubah formasi, hingga memberi kesempatan bagi pemain muda. Sayangnya, upaya itu tidak pernah membuahkan hasil konsisten. Fans pun mulai bersuara lantang, menuntut perubahan cepat.
1. Emosi Memuncak hingga Layar TV Pecah
Ruben Amorim kehilangan kendali setelah timnya kalah 1–3 di kandang. Ia marah besar, lalu menendang layar TV yang biasanya dipakai untuk menganalisis pertandingan. Aksi itu membuat para pemain terdiam karena menyaksikan sisi emosional pelatih yang jarang terlihat di depan umum.
2. Menyebut Timnya sebagai yang Terburuk
Setelah hasil imbang yang mengecewakan, Amorim berdiri di depan media dan melontarkan pernyataan mengejutkan. Ia menilai skuadnya sebagai “yang terburuk dalam sejarah klub”. Kalimat tersebut langsung menyulut reaksi negatif dari suporter dan mantan pemain, karena pelatih dianggap gagal melindungi moral tim.
3. Finis di Posisi 15 Premier League
Musim berakhir dengan catatan pahit. Tim hanya meraih tujuh kemenangan dari 27 pertandingan liga. Posisi akhir berada di peringkat ke-15, capaian terburuk dalam beberapa dekade. Alih-alih bangkit, skuad terus kehilangan konsistensi. Amorim pun tidak bisa membantah kenyataan bahwa tim merosot jauh dari target awal.
4. Janji Mundur Tanpa Kompensasi
Di tengah sorotan tajam, Amorim membuat pengakuan mengejutkan. Ia menegaskan bahwa dirinya siap mundur esok hari tanpa meminta kompensasi jika klub menilai ia bukan sosok tepat. Meski begitu, ia tetap berjanji berjuang sampai peluang terakhir. Sikap ini memicu perdebatan: ada yang menilai berani, ada pula yang menyebut sekadar gertakan.
5. Kekalahan dari Grimsby yang Memalukan
Tragedi terbesar terjadi di ajang piala domestik. Manchester United kalah adu penalti dari Grimsby, klub kecil dari divisi bawah. Amorim mengecam para pemain dengan menyebut mereka seperti “berteriak ingin menyerah.” Kalimat keras itu makin memperkeruh situasi. Kritik datang bertubi-tubi dari fans, media, hingga legenda klub yang menyebut Amorim “pengecut.”
Kesimpulan
Lima momen kelam ini menegaskan bahwa masa kepemimpinan Amorim berjalan di jalur sulit. Dari insiden emosional, pernyataan pedas, hingga kekalahan memalukan, semuanya membentuk citra negatif yang sulit dihapus.
Masa depan Amorim masih menjadi tanda tanya. Jika ia tetap bertahan, ia harus menemukan strategi baru yang bisa memulihkan kepercayaan. Jika tidak, manajemen mungkin memilih mencari sosok lain yang lebih mampu mengendalikan krisis.